Read with BonusRead with Bonus

Bab 5

Sambil bicara, tanganku sampai di tempat yang licin itu.

Baru beberapa kali menyentuh, nafas istriku sudah mulai tersengal-sengal.

“Jangan, jangan sentuh di situ.”

“Kalau begitu, bilang ke aku, tadi kamu kepikiran apa.”

“Cuma, cuma aneh aja, aku juga nggak bisa bilang rasanya gimana...”

Cuma aneh aja?

Memang, sekarang aku juga nggak lihat banyak penolakan di wajahnya, ini bikin aku makin bersemangat.

Kayaknya batasan istriku sudah menurun jauh!

Setelah itu, aku dengan hati-hati mencuci tubuh istriku, lalu membawanya kembali ke tempat tidur.

Dulu setelah selesai, kami jarang bermesraan.

Tapi malam ini, rasanya nggak cukup, baru selesai, aku sudah mulai menikmati lagi kulit halus istriku.

Istriku jelas juga merasakan emosiku, wajahnya terlihat bahagia.

Sampai tanganku kembali basah, dia dengan mata yang berkabut berkata, “Sayang, kamu, kamu suka aku kayak tadi ya?”

Aku nggak menjawab, malah balik tanya, “Kalau kamu? Suka nggak?”

Istriku berpikir serius, lalu menundukkan kepala dengan malu.

Jelas, reaksi tubuh nggak bisa bohong.

Ini pertama kalinya aku bikin dia sampai pipis!

Malam itu, aku dan istriku bercinta sampai dini hari.

Selain masa pacaran dulu, ini pertama kalinya setelah menikah.

Pagi harinya, saat bangun, wajah istriku berseri-seri, terlihat sangat menawan, setiap gerakannya penuh dengan pesona.

Melihat istriku yang seperti ini, dorongan dalam hatiku semakin kuat, hampir nggak bisa tahan untuk jujur sama dia.

Tapi meski tadi malam dia akhirnya puas, aku masih bisa lihat ada sedikit penolakan di dalam hatinya.

Kalau sekarang langsung bilang mau tukar pasangan, dia pasti nggak setuju.

Kayaknya aku harus kasih dia kejutan besar...

Beberapa hari berikutnya, setiap pulang rumah, aku selalu menghabiskan energi dengan istriku.

Yang mengejutkan, toleransi istriku meningkat signifikan.

Sekarang meski aku membawanya ke balkon, dia juga menerima tindakanku, nggak seperti pertama kali yang reaksinya besar.

Tapi aku tahu batas terakhir itu masih ada, sekarang ini sudah batas maksimal istriku.

Saat aku berpikir bagaimana cara menembus batas terakhir istriku, aku seperti biasa datang ke sebuah bar.

Ini tempat aku bersantai kalau lagi stres.

Sebagian besar waktu, aku hanya duduk sendiri minum-minum.

Tapi hari ini, ada seorang wanita dewasa di lantai dansa yang sangat menarik perhatian.

Baik langkah tarinya yang penuh percaya diri, maupun tubuhnya yang menggoda, semuanya membawa suasana ke puncak.

Dan aku merasa dia sedang melihatku, tatapannya seperti rubah, seakan bisa menarik jiwa orang.

Awalnya aku pikir itu cuma perasaanku, tapi saat aku bersiap untuk pergi, aku lihat dia juga masuk ke lift, diikuti oleh seorang pria.

Dengan santai dia mengulurkan tangan, tersenyum dan berkata, "Halo, kenalan yuk, aku Wu Xinyu, ini suamiku."

Wu Xinyu?

Aku sama sekali nggak ingat, sebelumnya juga nggak pernah ketemu dia.

Dan gimana dia bisa berani ngajak kenalan pria asing di depan suaminya?

Meski bingung, aku tetap sopan berjabat tangan dengannya.

Sedikit dingin, dan sangat lembut.

"Halo, aku Wang..."

Previous ChapterNext Chapter