




Bab 2
Ali tidak hanya memperlambat langkahnya, tapi juga terus meraba dada Dewi sambil menghela napas berat seperti kerbau.
Napas hangat yang keluar dari mulutnya mengenai dada Dewi, membuat tubuhnya yang lembut segera berubah menjadi merah jambu, dan putingnya pun mulai merespons, perlahan-lahan mengeras.
"Jangan, tolong," Dewi tak bisa menahan diri dari rangsangan yang tiba-tiba itu, membuatnya merasa sangat malu. Dengan mata berkaca-kaca, dia memohon kepada Ali, "Ali, dada Tante sudah cukup bersih, jangan digosok lagi, ya?"
Ali menahan keinginannya untuk mencium dada Dewi, lalu mengalihkan tangannya dan pandangannya, kemudian naik ke tempat tidur. "Baik, Tante, aku bantu gosok bagian bawahnya, ya."
Dewi sangat ketakutan dan ingin menolak, tetapi begitu dia bergerak sedikit, rasa sakit di pinggangnya membuatnya meringis seperti anak anjing kecil, dengan mata berkaca-kaca tidak bisa berkata apa-apa. Melihat ekspresi kesakitan di wajah Dewi, Ali tahu ini adalah satu-satunya kesempatan baginya. Dia segera berlutut di antara kedua kaki Dewi dan mulai membersihkan kakinya yang indah.
Karena sering menari, kaki Dewi sangat proporsional dan indah, lurus seperti pilar giok.
Saat Ali menyentuhnya, sensasi licin itu membuatnya tidak bisa berhenti. Dewi merasa seperti sedang naik roller coaster, gatal dan tidak tahan saat disentuh, membuat jantungnya berdetak kencang.
Ketika tangan Ali menyentuh kakinya, Dewi merasa sedikit tidak puas, bahkan ada sedikit keinginan di hatinya.
Pikiran liar yang menginginkan sentuhan pria ini membuat Dewi yang biasanya anggun merasa sangat malu. Dia tidak mengerti mengapa dirinya begitu haus akan sentuhan, dan yang lebih parah lagi, pria di depannya adalah pacar putri sahabatnya. Tiba-tiba, Dewi tanpa sengaja melihat celana Ali yang membesar, membuat matanya terbuka lebar.
Dewi tiba-tiba mengerti mengapa Ali yang penampilannya biasa saja dan kemampuannya juga biasa, bisa membuat wanita secantik Shasha begitu tergila-gila.
Ketika Dewi tenggelam dalam pikirannya, Ali sudah selesai membersihkan kakinya dan membalikkan tubuhnya.
"Ali, aku ini Tante kamu! Kamu tidak akan menyakitiku, kan?"
Dewi memohon dengan suara gemetar.
Ali hanya tertawa kecil, "Tante, kamu mikir apa sih? Membersihkan tubuh kan harus sampai punggung juga?"
Kata-kata itu membuat Dewi merasa sangat malu, wajahnya langsung ditenggelamkan ke dalam bantal, tak berani bersuara.
Ali tidak seperti sebelumnya yang berdiri di samping tempat tidur untuk membersihkan Dewi, kali ini dia berbaring di atas tubuhnya. Bagian bawahnya yang keras menyentuh Dewi, dan Ali memanfaatkan kesempatan ini untuk bergerak maju.
Dewi yang wajahnya tertutup bantal, merasakan sesuatu yang aneh di bawahnya, terkejut, dan secara naluriah ingin menghindar, tetapi pinggangnya ditangkap oleh Ali.
"Tante, jangan bergerak, aku tidak akan menyakitimu. Kalau kamu terus bergerak, hati-hati pinggangmu sakit lagi." Meskipun Ali berkata begitu, bagian bawahnya yang panas terus menggesek, membuat Dewi merasa sangat gatal dan tanpa sadar membuka bibir merahnya. "Cepat bersihkan, Tante merasa tidak nyaman."
Ali tersenyum puas, segera menggunakan handuk untuk membersihkan punggung Dewi. Dengan gerakan menggosok itu, bagian bawahnya yang keras juga mulai bergerak maju mundur di antara celah Dewi.
Meskipun ada dua lapis kain yang memisahkan, panas itu tetap membuat Dewi merasakan kehangatan. Rangsangan maju mundur itu membuat Dewi merasa sangat haus dan mulai mengeluarkan cairan cinta.