Read with BonusRead with Bonus

Bab 5

Selain itu, celana dalam hitam di dalamnya sangat seksi, membungkus erat bokong indahnya...

Pak Wira menoleh dan menatap Lilis dengan tatapan yang tajam.

Lilis menemukan tang dan berbalik, tak disangka tatapan mata Pak Wira yang panas menatap dirinya, seperti seekor binatang buas yang melihat mangsanya. Saat Lilis tertegun, Pak Wira segera tersadar dan mengangguk sambil berkata, "Ya, itu yang itu."

Lilis tiba-tiba merasa sedikit gugup, menggigit bibir merah seksinya dan berjalan perlahan ke arah Pak Wira.

Saat berbicara, mata Pak Wira yang panas terus menatap Lilis dengan penuh nafsu, dari kakinya naik ke pinggang, terus ke atas.

Lilis membungkuk dan menyerahkan tang kepada Pak Wira yang sedang jongkok di lantai.

Pandangan mata Pak Wira langsung masuk ke dalam kerah baju tidur Lilis, melihat bra hitam yang membuat kulitnya terlihat begitu putih dan halus.

Baju tidur Lilis yang bertali dan rendah itu sangat seksi, saat dia membungkuk, sebagian besar payudaranya yang montok terlihat, membentuk lekukan yang dalam.

Lilis dengan gugup berdiri tegak dan segera menutupi kerahnya dengan tangan.

Pak Wira tersenyum canggung, matanya beralih pura-pura sibuk, tapi tetap menatap sandal tinggi kristal dan kaki indah Lilis. Dia membayangkan betapa nikmatnya jika kaki putih itu menginjak bagian selangkangannya...

Sambil berpikir, Pak Wira memeriksa kotak listrik tapi tidak berhasil, melihat lampu dapur yang agak redup, Pak Wira meminta Lilis untuk mencari kursi agar bisa membuka penutup lampu dan memeriksanya.

Lilis menyahut, berbalik dan menggerakkan pinggul dan pinggang seksinya untuk mengambil kursi.

Pak Wira memeriksa apakah ada korsleting pada lampu, lalu, sambil menunduk, dia mencuri pandang ke dalam kerah baju tidur Lilis yang terbuka, melihat lekukan putih yang dalam, Pak Wira bahkan berpikir betapa nikmatnya jika itu menjepit dirinya.

Saat itu, Lilis menoleh melihat Pak Wira yang berada di atas kursi.

Kebetulan melihat Pak Wira menunduk menatap ke dalam kerahnya, Lilis merasa panik dan baru menyadari selangkangan Pak Wira yang membentuk tenda besar, tenda yang begitu mencolok, membuat hati Lilis berdebar-debar.

Lilis tak bisa menahan rasa kesalnya, dalam hati memaki tukang servis yang terlalu mesum ini.

Tapi dia juga tak bisa menahan rasa kagumnya, benda itu benar-benar besar, jauh lebih besar dari milik suaminya.

Andai saja, suaminya sebesar itu...

Pak Wira yang ketahuan mengintip oleh Lilis, wajahnya memerah dan merasa panas, dia kembali memasang penutup lampu.

Turun dari kursi dan menuju ke saklar listrik, saat melewati dapur yang sempit, Pak Wira sengaja menonjolkan selangkangannya yang membentuk tenda besar, menyenggol Lilis dari belakang.

Pada saat itu, tubuh Pak Wira merasakan kenikmatan yang membuatnya gemetar, reaksi tubuhnya semakin kuat.

Sedangkan Lilis yang disenggol dari belakang oleh Pak Wira, tubuh seksinya bergetar dan menegang.

Bahkan tak bisa menahan desahan kecil, "Ah..."

Menyadari ketidaknyamanannya.

Wajah Lilis memerah malu, tapi sensasi seperti tersetrum tadi, dia benar-benar tak bisa menahannya, semua gara-gara suaminya yang jarang di rumah, kalau tidak dia tak akan sampai tak bisa menahan diri, tapi...

Dia menatap curiga ke arah punggung Pak Wira, tak tahu apakah tukang servis ini sengaja atau tidak.

Setelah itu, Lilis merasa malu untuk terus mengikuti Pak Wira, selalu merasa pria ini tidak benar.

Previous ChapterNext Chapter