Read with BonusRead with Bonus

Bab 3

Bagaimana ya ngomongnya! Bibi Bai kali ini pakaiannya cukup terbuka saat kencan, kalau mau ngomong kasar sih... seksi banget.

Dia pakai rok mini yang ketat, dengan belahan dada yang sangat rendah, bahkan bisa terlihat renda pink-nya.

Kaki panjangnya dibalut dengan stoking hitam, sampai terlihat pangkal stokingnya, sangat menggoda.

Dan, dia kencan sama anak muda yang ganteng, kelihatannya punya otot perut.

Cowok itu jelas bukan orang baik, matanya terus menerus melirik ke dada Bibi Bai.

Bibi Bai sepertinya juga nggak peduli, malah sengaja merapikan dadanya, memperlihatkan belahan yang dalam.

Aku waktu itu sembunyi di samping, dalam hati berkata Bibi Bai ini ngapain sih? Apa mau main cinta?

Katanya ibu-ibu kaya suka main sama anak muda, apalagi di umur Bibi Bai ini, makin gila.

Tapi meski begitu, aku tetap agak nggak percaya, apalagi kalau mikir Bibi Bai ditindih sama laki-laki lain, makin nggak nyaman.

Tapi pemandangan berikutnya, benar-benar bikin aku malu.

Bibi Bai melepas satu sepatu hak tingginya, ternyata menggosok-gosok di kaki anak muda itu.

Anak muda langsung bereaksi, kasar banget naruh kaki Bibi Bai yang pakai stoking di atasnya.

Bibi Bai senyum nakal, lalu mulai menggosok dengan kuat.

Anak muda itu langsung napasnya jadi cepat, nggak lama, seluruh tubuhnya bergetar, langsung kalah, celananya sampai agak basah.

Dalam hati aku berkata, kamu ini lemah banget sih? Keliatan doang keren, tapi nggak bisa apa-apa.

Bibi Bai langsung nggak senang, menarik kembali kakinya, mengambil tas tangan dan mau pergi.

Anak muda itu langsung menahan, bilang apa mau pergi gitu aja? Nggak ngobrol lagi?

Bibi Bai langsung bilang nggak tertarik sama cowok lemah.

Anak muda itu mukanya merah, marah banget, langsung menarik Bibi Bai keluar, bilang apa kita ngobrol di mobil, ke rumahnya.

Bibi Bai tentu nggak mau, langsung melepaskan tangan dan mau pergi. Tapi dia kan perempuan, jelas kalah sama anak muda itu, ditarik-tarik dengan kasar, jadi sangat malu.

Dalam hati aku berkata ini kan penculikan? Siang bolong, keterlaluan banget!

Aku angkat kopi panas, langsung maju, menyiram ke anak muda itu, "Kamu lepasin tangan!"

Anak muda itu teriak kesakitan, langsung marah, mau mukul aku.

Tapi Bibi Bai langsung menampar, menunjuk hidungnya dan berkata, "Kamu pikir siapa kamu? Nggak tahu diri!"

Tadi anak muda itu tarik-tarik Bibi Bai, Bibi Bai sudah nggak senang, sekarang malah marah, Bibi Bai langsung marah besar.

Anak muda itu pegang mukanya, marah banget, tapi nggak berani ngomong lagi.

Bibi Bai mendengus, menarik tanganku, keluar dari kafe.

Mungkin untuk menghindari masalah, Bibi Bai nggak bawa mobil, mau naik taksi, tapi hujan turun deras.

Kalau hujan susah dapet taksi, kita berdua nggak bawa payung, jadi agak canggung.

Anak muda itu masih ngomel, bilang naik mobil dia aja, mobilnya BMW.

Bibi Bai nggak peduli, melepas sepatu hak tinggi, menyerahkan padaku, berkata, "Ayo!"

Aku bingung, pegang sepatu hak tinggi, nggak tahu dia mau ngapain.

Dia menarik tanganku, langsung lari ke dalam hujan, tertawa lepas, seperti merayakan kebebasan setelah lama tertekan.

Aku biarkan dia menarikku, langsung basah kuyup oleh hujan deras.

Bibi Bai tentu juga basah, seluruh tubuhnya basah, karena bajunya tipis, sampai kelihatan tali bra dan garis celana dalamnya.

Previous ChapterNext Chapter