Read with BonusRead with Bonus

Bab 1

“Ah, nggak kuat lagi, Mas, aku nggak kuat lagi, cepetan berhenti, ah!”

Istriku tiba-tiba mendorongku menjauh, terkulai di ranjang dengan keringat bercucuran dan tubuh bergetar hebat, seperti lumpur basah.

Aku masih semangat, memegang kakinya dan memaksa membukanya, ingin melepaskan hasratku.

Dia memohon padaku, “Jangan, Mas, tolong, kamu terlalu hebat, kalau lanjut aku bisa mati.”

Seluruh tubuhnya melawan, bergetar hebat, kulit putihnya memerah.

Tak ada cara lain, aku terpaksa melepaskan tanganku dan menahan diri.

Ini bukan pertama kalinya.

Istriku terlalu sensitif, jadi sering kali baru setengah jalan dia sudah tak kuat, dan aku harus menahan diri, benar-benar menyiksa.

Sepertinya dia tahu aku tidak senang, dia merangkak mendekat dan memelukku, bibirnya yang harum mencium pipiku, sangat merasa bersalah, “Maaf ya Mas, ini semua salahku, aku bantu pakai tangan aja, ya?”

Dia meraih hasratku, bibirnya sedikit terbuka menghembuskan napas hangat, sambil naik turun dia berbisik, “Ah, Mas, enak nggak? Mau yang lebih seru?”

Yang seru?

Aku teringat sebuah kenangan yang menggoda.

Waktu itu di desa, aku selesai bekerja di sawah dan pulang untuk mandi. Pintu kamar mandi rusak, aku kira tidak ada orang, jadi langsung masuk, ternyata melihat adik ipar sedang mandi. Dia terkejut dan segera menutupi tubuhnya dengan tangan, tapi malah menutupi bagian atas dan lupa bagian bawah.

Dia malu dan memalingkan tubuhnya, dari sudut pandangku, dadanya yang penuh tampak seperti Gunung Merapi di depanku.

Mengingat itu, hasratku yang tadi turun langsung bangkit.

“Wah, aku hampir nggak bisa tahan, Mas, mau lebih cepet lagi nggak? Hmm ah~”

Istriku semakin bersemangat, sengaja mengeluarkan suara merayu, tangannya bergerak lebih cepat.

Aku membayangkan adik ipar yang sedang bergerak di atasku, seketika darahku mendidih, tanpa sadar ikut bergerak.

Semakin cepat, semakin nikmat rasanya.

Sebentar lagi, sebentar lagi akan keluar!

“Uh ah…”

Aku mendongak dan mengeraskan tubuh, istriku cepat-cepat menutup dengan mulutnya.

Dengan suara “gulp” semuanya tertelan, matanya yang berkaca-kaca menatapku dengan bahagia, “Mas, banyak banget ya…”

Susu mengalir dari sudut mulutnya, dia menjilat bibirnya dan tersenyum puas, “Enak banget, sayang kamu terlalu kuat, dan sehari bisa beberapa kali, aku benar-benar nggak kuat, tapi, nanti kamu nggak perlu susah-susah lagi.”

Dia berbaring miring, dadanya yang penuh menciptakan lekukan.

Aku tak tahan meraih dan meremasnya, hasratku bukannya mereda malah semakin membara.

Memang tak ada cara lain, aku masih muda dan penuh gairah, menggunakan tangan memang tidak memuaskan.

Tapi, apa maksudnya dengan kata-kata itu? Apa dia mau latihan supaya bisa lebih tahan lama, menahan siksaan dariku?

Aku ingin bertanya, tapi istriku sudah tertidur, wajahnya yang lelah membuat hatiku sakit, dia sibuk mengurus rumah dan bekerja, malamnya disiksa olehku, benar-benar melelahkan.

Aku dengan lembut membelai wajahnya, mengecup keningnya.

Malam sudah larut.

Dengan mata yang masih mengantuk, aku terbangun oleh suara bel pintu, aku melihat istriku yang mengerutkan dahi, dalam hati mengutuk siapa sih yang datang tengah malam begini?

Dengan kesal aku membuka pintu, dan yang kulihat adalah seorang gadis yang mengenakan seragam JK.

Previous ChapterNext Chapter