




Bab 4
Sore hari itu giliran Aiden untuk beristirahat, saat ini dia tidak punya pekerjaan yang harus dilakukan, jadi dia tanpa sadar teringat saat pagi bersama sang putri...
Aiden bolak-balik berpikir, bagaimana caranya agar bisa menanggapi petunjuk sang putri tanpa terlihat terlalu mencolok, dan tetap tampil tidak terlalu sembrono.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, di luar pintu ada seorang pelayan wanita, dia menyerahkan sebuah surat ke tangan Aiden tanpa mengatakan apa-apa kemudian segera pergi.
Aiden agak bingung, sampai dia membuka amplopnya, sebuah kertas kecil jatuh keluar.
Aiden memungutnya dan melihat lebih dekat, itu adalah tulisan tangan sang putri yang indah dan elegan.
【Aku sangat suka paviliun malam, kamar yang paling dalam di lantai satu bisa melihat bintang-bintang】
Jantungnya berdebar kencang.
Joe berjalan mondar-mandir di dalam taman dengan marah.
Dia memang bukan karena menginginkan kekayaan sang putri, lagipula keluarganya karena memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan ditambah lagi dengan jumlah anggota keluarga yang banyak dan memiliki hubungan pernikahan dengan hampir setiap keluarga, jadi tidak membutuhkan sang putri untuk menambah kemewahan.
Dia sendiri yang ingin melamar sang putri.
Lagipula dia juga sudah tidak muda lagi, dia mungkin lebih banyak mendapat tekanan untuk menikah dibanding sang putri, karena jumlah orang tua di rumahnya sangat banyak.
Namun dia tidak tahu kenapa, sejak masa remajanya dia tidak pernah memiliki perasaan terhadap seorang gadis bangsawan, juga tidak pernah tergoda oleh pelayan wanita.
Ini tidak menjadi masalah beberapa tahun yang lalu, bahkan karena sifatnya yang jujur dan berwibawa, dia menonjol di antara para pemuda dari keluarga bangsawan.
Namun sekarang berbeda, dia harus menikah. Tapi dia tidak punya kekasih ataupun wanita yang dia kagumi, bahkan dia hanya kenal beberapa gadis bangsawan. Jadi ketika tiba-tiba mendengar bahwa sepupu kecilnya sudah mencapai usia menikah, dia mulai memperhatikan sepupunya itu.
Sepupunya lahir dari keluarga terhormat, memiliki wajah yang sangat cantik, kecerdasan yang luar biasa, perilaku yang anggun, dan seperti dirinya, menjaga diri dengan baik.
Selain sepupunya, siapa lagi yang bisa cocok dengan dirinya yang luar biasa.
Jadi Joe berpikir, jika harus menikahi seorang gadis bangsawan, mengapa tidak menikahi sepupu kecilnya sendiri?
Meskipun hari ini Joe diusir lagi oleh sepupunya, dia tidak marah terlalu lama, karena dia merasakan sikap sepupunya yang sedikit melunak hari ini, terutama tadi sepupunya menyuruh seseorang untuk mengirimkan surat kepadanya.
Apa yang tidak bisa dikatakan langsung, tetapi harus melalui surat?
Joe perlahan membuka amplopnya, di dalamnya ada selembar kertas surat, tertulis:
【
Untuk Kakak Joe:
Jika Kakak masih bersikeras, malam ini saya punya waktu, kita bisa berbicara, saya akan menunggu di paviliun, Kakak tidak familiar dengan taman, pada waktunya akan ada pelayan yang membawa Kakak ke sana, semoga setelah malam ini saya dan Kakak bisa menyelesaikan masalah ini.
】
Jika orang lain menerima surat seperti ini, terutama undangan malam dari lawan jenis, pasti akan merasa ada yang tidak beres. Tapi Joe tidak berpikir macam-macam, dia hanya memikirkan bagaimana nanti malam meyakinkan sepupunya bahwa dirinya benar-benar pasangan yang paling cocok untuk menikah.
Menjelang malam, pelayan yang akan membawanya ke paviliun tidak kunjung datang, jadi Joe tidak curiga apa-apa, dia tahu di mana paviliun itu, jadi pada waktu yang telah ditentukan dia bersiap-siap dan pergi ke paviliun.
Aiden yang menerima surat tulisan tangan sang putri di sore hari menjadi gelisah, memikirkan apa yang akan terjadi malam ini membuat seluruh tubuhnya terasa panas.