Read with BonusRead with Bonus

Bab 22

Dia menunggu.

Tahun itu, Pei Changhuai membawa teko teh hijau kesukaan Xie Congjun, berdiri di atas menara tinggi, angin kencang meniupkan jubahnya, di depannya terbentang hamparan salju yang tak berujung.

Di ibu kota ada salju, ada bunga plum, tapi tidak ada Xie Congjun yang menepati janjinya.

Sal...