Read with BonusRead with Bonus

Bab 5

Menundukkan kepala dan membenamkan wajah di antara kedua lengannya, pikiranku penuh dengan rencana balas dendam.

Kalau aku langsung mencari masalah dengan Zhou Ming, pasti aku bakal dihajar habis-habisan. Zhou Ming punya banyak teman dan sering berkelahi, aku jelas bukan tandingannya.

Jadi aku nggak bisa langsung cari Zhou Ming, harus cari Lu Shiqi! Semua orang tahu Zhou Ming suka sama Lu Shiqi, dan Lu Shiqi juga kadang main mata sama Zhou Ming, bikin Zhou Ming tergila-gila, nurut banget sama dia.

Selama aku bisa mengendalikan Lu Shiqi, aku nggak perlu takut sama Zhou Ming!

Untung aku sudah menyembunyikan contekan itu.

Aku bangkit dan keluar dari kelas, berlari ke sudut yang sepi, lalu diam-diam mengeluarkan kertas contekan yang kusimpan di bawah sol sepatu.

Meski agak bau, tapi ini cara paling aman. Siapa yang bakal nyangka aku nyembunyiin contekan di sini?

Aku memasukkan contekan itu ke dalam saku, lalu buru-buru kembali ke kelas, berbaring di meja tanpa bergerak.

Setelah istirahat siang, Lu Shiqi kembali, diantar oleh Zhou Ming.

Aku mengangkat kepala dan melirik Lu Shiqi. Dia kelihatan nggak begitu senang, soalnya contekan masih ada di tanganku. Dia sudah menyuruh orang memukulku, tapi nggak berhasil mengambil contekan itu.

Aku tersenyum dingin, dalam hati berpikir, "Lu Shiqi, kamu mau main sama aku? Baiklah! Kita lihat siapa yang menang di akhir!"

Saat jam istirahat, aku mendekati Lu Shiqi, lalu menggoyangkan contekan di depan matanya, "Lu Shiqi, tulisanmu bagus ya! Guru pasti langsung tahu ini tulisanmu, kan?"

Lu Shiqi tertegun sejenak, lalu segera mencoba merampas contekan itu. Aku buru-buru memasukkannya ke dalam saku celana. Di kelas banyak orang, Lu Shiqi pasti nggak bakal banyak bicara atau bertindak. Dia hanya melotot padaku, "Gila!!"

Aku tersenyum tanpa berkata apa-apa, keluar dari kelas, mencari tempat sepi, lalu menyembunyikan contekan itu di lapisan baju dan celana. Ganti tempat sembunyi, biar nggak rusak kalau terus di bawah sol sepatu. Ini satu-satunya cara aku bisa mengendalikan Lu Shiqi.

Setelah itu, setiap jam istirahat, aku selalu mendekati Lu Shiqi. Entah dia sedang membaca buku atau ngobrol dengan orang lain, aku selalu mendekatinya dan berkata, "Lu Shiqi, tulisanmu bagus banget, gampang dikenali!"

Semua orang di kelas tahu Lu Shiqi nggak suka aku, mereka juga nggak suka aku. Melihat aku mendekati Lu Shiqi, mereka semua mengejek dan menghina dengan berbagai kata-kata.

Tapi aku nggak peduli, hanya tersenyum pada Lu Shiqi, lalu kembali ke tempat duduk dan berbaring.

Kalimat itu aku ucapkan setiap jam pelajaran, hingga malam saat belajar mandiri, aku sekali lagi mendekati Lu Shiqi, mengetuk mejanya, "Lu Shiqi, tulisanmu bagus ya, gampang dikenali. Kamu cantik, tulisanmu juga bagus."

Begitu mendengar kalimat yang sama lagi, Lu Shiqi gemetar marah.

"Wu Hao, sebenarnya kamu mau apa!!?" Lu Shiqi bertanya dengan marah, suaranya ditekan rendah.

"Apa? Aku cuma memujimu! Tulisanmu memang bagus!"

Setelah berkata begitu, aku kembali duduk.

Lu Shiqi duduk di tempatnya, mengepalkan tangan dengan marah. Tiba-tiba, dia berdiri dan mendekatiku, menepuk meja, "Wu Hao, ikut aku keluar sebentar."

Lu Shiqi berkata dengan suara pelan, takut didengar orang lain.

Aku pura-pura nggak dengar dan bertanya, "Apa? Kamu bilang apa?"

"Ikut aku keluar sebentar!"

"Bicara lebih keras, aku nggak dengar. Siang tadi dipukul, telingaku berdenging, sampai sekarang masih belum sembuh, jadi susah dengar orang bicara..."

Lu Shiqi tahu aku sedang mempermainkannya, tapi dia nggak punya pilihan lain. Dia berteriak, "Wu Hao, ikut aku keluar sebentar!!!"

Kali ini Lu Shiqi nggak menekan suaranya, malah berteriak keras, seolah melampiaskan amarahnya.

Semua teman sekelas melihat ke arah kami, dengan tatapan tak percaya.

Lu Shiqi mencari aku? Pasti mereka berpikir begitu, tapi kenyataannya memang begitu, Lu Shiqi harus mencari aku!

Previous ChapterNext Chapter