Read with BonusRead with Bonus

Bab 1

“Aliang, ayo olahraga!”

Aku sedang berbaring di sofa nonton TV, tiba-tiba terdengar suara lembut.

Aku menoleh dan melihat bibi sedang memakai celana yoga ketat, berjalan ke ruang tamu dan menggelar matras yoga.

Dia membelakangiku sambil membungkuk, celana yoga itu menonjolkan lekuk tubuhnya yang bulat dan kencang, seperti buah persik yang ranum.

Bibi baru berusia 27 tahun, dia adalah seorang guru tari, juga seorang wanita yang sangat mempesona.

Pipi bibi penuh dan cantik seperti gadis berusia delapan belas tahun, tapi tubuhnya sangat menggoda, setiap gerakannya penuh pesona.

Terutama pinggangnya, setiap kali menari dan meliuk-liuk seperti ular air, membuat orang ingin memeluknya erat-erat.

“Ngapain bengong? Pamanmu lagi nggak ada, minggu ini aku yang awasin kamu olahraga. Lihat tuh, kamu udah gemukan!”

Bibi memotong lamunanku, dia berbalik menghadapku.

Dadanya yang penuh dan tinggi bergetar, hampir membuatku tidak bisa menahan diri.

Karena aku baru lulus, datang ke kota ini mencari kerja dan sementara tinggal di rumah pamanku, jadi bibi selalu merawatku seperti seorang senior.

Namun bibi terlalu cantik, aku benar-benar sulit memperlakukannya dengan murni sebagai seorang senior.

Aku menurut dan berjalan ke matras yoga, berbaring dan menekuk kaki, bibi duduk di atas kakiku.

Aku melihat tubuh bibi yang kencang dan pinggangnya yang ramping, pikiranku mulai liar, gerakanku juga semakin berani.

Jari kakiku langsung menyentuh bagian sensitifnya.

Wajah bibi sedikit memerah, dia menggigit bibir tapi tidak berkata apa-apa.

Melihat bibi tidak menghentikanku, aku semakin berani.

Selanjutnya, aku mengangkat jari kaki tanpa melepasnya, dan bibi menekan bagian bawahnya ke jari kakiku.

Jari kakiku menyentuh bagian bawah bibi, kalau bukan karena celana, mungkin sudah masuk.

Melihat wajah bibi yang memerah, aku semakin berani menggerakkan jari kakiku.

Bibi mengeluarkan suara pelan, melepaskan tangannya dari lututku, dan berkata, “Sebentar, aku mau atur posisi dulu.”

Kemudian dia duduk di atas kakiku, tapi setiap kali aku bergerak, jari kakiku menyentuh bagian sensitif bibi.

Saat jari kakiku menyentuh bagian tengah yang penuh, bibi mengeluarkan suara pelan dan segera mengangkat tubuhnya.

Aku terus mengangkat jari kaki, menunggu bibi menurunkan tubuhnya.

Seperti yang kuduga, bagian tengah tubuh bibi jatuh tepat di jari kakiku.

Bibi mengeluarkan suara pelan lagi, kali ini lebih panjang.

Tak disangka bagian belakang bibi sangat sensitif.

Tiba-tiba aku merasakan tubuh bibi menggigit dua kali, bibi menatapku dengan mata besar, melihat apakah aku sengaja.

Aku pura-pura tidak tahu dan terus berolahraga.

Sisanya aku selesaikan dalam waktu sekitar dua menit, jari kakiku terus menyentuh bagian belakang bibi, bibi juga terus menahan rangsanganku.

Tubuhku juga tanpa sadar bergeser ke belakang, jari kakiku menyentuh bagian bawah bibi.

Rasanya hangat dan sedikit basah, aku langsung menggesek dua kali di tempat yang basah, dalam hati berpikir malam ini aku tidak akan cuci kaki.

Aku berbaring di matras yoga untuk istirahat, bibi segera bangkit, mencari alasan untuk pergi ke kamar mandi.

Begitu pintu kamar mandi tertutup, aku diam-diam mendekat dan mendengarkan di pintu.

Aku mendengar bibi menarik beberapa lembar tisu, lama tidak terdengar suara buang air kecil, lalu suara air mengalir.

Mungkin bibi sudah basah malam ini, aku tidak mengungkapkannya.

Aku pura-pura bilang capek dan mau kembali ke kamar untuk istirahat, menggulung matras yoga, lalu pergi.

Previous ChapterNext Chapter