Read with BonusRead with Bonus

Bab 1 - Prolog

Aku tak pernah bisa membayangkan berakhir di tempat seperti ini. Sulit untuk memahami bahwa setiap momen dalam hidupku telah membawaku ke pertempuran yang begitu sengit ini. Alih-alih merenungkan bagaimana aku bisa sampai di sini, aku fokus pada pria yang kucintai, yang berjuang dengan gagah berani untuk melindungiku. Andai saja aku bisa menentukan momen yang memulai semuanya. Sekarang, yang bisa kulakukan hanyalah menyaksikan dengan tak berdaya ketika pukulan demi pukulan menghantam tubuhnya yang sudah babak belur. Aku berdoa dalam hati agar setiap pukulan bukanlah yang terakhir baginya.

Bagaimana keluargaku mengatur situasi ini tetap menjadi misteri. Aku tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana mereka memanipulasi kejadian dalam hidupku. Tapi saat itu, semua itu tidak penting. Bertahan hidup adalah yang terpenting. Aku mencoba dengan putus asa untuk mengakses kekuatan dalam diriku, tapi tanpa memahami cara kerjanya, aku hanya bisa menyaksikan serangan tanpa henti di kota kecil kami.

Para penyihir berjuang dengan berani, tapi mereka jatuh satu per satu dalam bentrokan mereka dengan gerombolan makhluk-makhluk mengerikan itu. Setiap kali seorang penyihir tewas, tangisan kesedihan Hyacinth menggema di udara, memicu nafsu darah makhluk-makhluk jahat itu. Pertempuran semakin mengerikan dengan setiap kematian, saat Hyacinth membalas dengan mantra-mantra yang menghancurkan.

"Awas!" Aku berteriak tanpa sadar ketika salah satu makhluk menyerang dari belakang. Dia bereaksi cepat, berguling dan menghancurkan makhluk itu sebelum bisa melukainya. Teriakanku mengungkapkan posisiku, dan tiba-tiba, belasan makhluk itu mengalihkan perhatian mereka padaku. Mereka merayap di dinding, bertekad untuk menembus pertahanan dan mencapainya. Ketakutan mencengkeram hatiku, mengirimkan getaran dingin di sepanjang tulang punggungku. Aku mencari jalan keluar dengan panik. Meninggalkannya adalah hal terakhir yang kuinginkan, tapi tampaknya itu satu-satunya pilihan. Tetap di sini hanya akan menjadi gangguan fatal.

Salah satu makhluk menjijikkan itu mengambil kesempatan dan melompat ke arahku. Lengannya yang panjang terentang, cakar siap mencabik-cabik dagingku. Tanpa sempat bereaksi, gelombang kekuatan meledak dari dalam diriku. Itu meledak seperti ledakan atom, menghempaskan makhluk-makhluk itu dengan keras ke udara, menjauh dari orang-orang yang kucintai dan sekutu-sekutuku. Itu adalah energi paling kuat yang pernah kurasakan, tapi aku tidak memiliki kendali atasnya. Sebuah jeritan keluar dari bibirku saat kekuatan itu meledak, membuat kepalaku terlempar ke belakang dengan kekuatannya, menguras kekuatan hidupku. Dengan tatapan terarah ke bintang-bintang, rasanya seolah-olah aku mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya. Pikiran tentang ibu, ayah, dan dia memenuhi benakku. Sebuah air mata meluncur dari mataku sebelum kegelapan menyelimutiku, dan energi itu akhirnya mereda, meninggalkanku hampir tak bernyawa, jatuh ke tanah.

Tapi seperti biasa, dia ada di sana untuk menangkapku. "Aku tahu aku akan melihatmu lagi," bisikku, mengumpulkan sisa-sisa energiku untuk membuka mata dan melihat wajahnya yang indah untuk terakhir kalinya.

"Aku ada di sini, sayang. Kamu baik-baik saja. Kamu akan baik-baik saja. Aku di sini. Aku menangkapmu," dia meyakinkanku sambil menangis saat kegelapan menelanku. "Tidak, tidak, tidak! Charlie, bertahanlah!" Teriakannya bergema dalam kegelapan saat aku tenggelam lebih dalam, terlalu lelah untuk melawannya.

Ada kehadiran lain, samar-samar terlihat, sepertinya bersamanya. Kehampaan manis memanggil, dan aku menyerah pada pelukannya yang lembut. Suara pertempuran larut menjadi ketiadaan, dan hidupku perlahan menghilang, kehilangan semua hubungan dengan dunia. Jam, atau mungkin detik, berlalu, dan aku tak lagi merasakan tubuhku, hubungan dengan dia, atau apapun dalam kegelapan itu.

Kemudian, tiba-tiba, sebuah cahaya muncul. Awalnya samar, jauh dan lemah, tapi perlahan mendekat, merayap ke arahku. Sebuah sosok muncul, seorang wanita yang identitasnya awalnya sulit dikenali. Hanya ketika dia cukup dekat untuk disentuh, jika sentuhan masih mungkin bagiku, aku mengenalinya.

"Charlie, gadis kesayanganku!" bisiknya.

"Jiwa-jiwa yang rusak itu hanyalah barisan depan, pertempuran awal dalam perang panjang dan pahit. Kita harus menang, karena kita tidak bisa membiarkan mereka menghancurkan dunia ini. Aku tidak akan membiarkannya. Tapi untuk menang, kamu harus bertahan. Jadi, bangunlah, anakku. Aku akan segera bergabung denganmu. Ambil beberapa hari untuk pulih dengan pasanganmu. Aku akan datang ke Applewood sebentar lagi. Sekarang, bangunlah, Charlie!" Tawanya menggema saat aku ditarik dengan kasar keluar dari kegelapan.

Kekacauan terus merajalela di sekitarku saat indraku dibanjiri, membombardirku dengan terlalu banyak informasi.

"Hmm, apa yang terjadi?" gumamku, pikiranku kabur dan bingung saat dunia kembali fokus.

"Kamu hidup! Dia hidup!" teriaknya, kata-katanya penuh dengan lega. Tapi di tengah kekacauan, aku tidak bisa menentukan kepada siapa dia berteriak. Tubuhku terasa kaku, dan indraku kewalahan setelah kegelapan sebelumnya.

Previous ChapterNext Chapter