Cinta Terlarang: Aku Menikahi Paman Muda Mantan Suamiku

Cinta Terlarang: Aku Menikahi Paman Muda Mantan Suamiku

Author: Brand

184.6k Words / Ongoing
14
Hot
26
Views

Introduction

Cinta Terlarang: Aku Menikahi Paman Muda Mantan Suamiku
Malam itu, hujan turun deras, seolah-olah langit sedang menangis. Aku duduk di ruang tamu, memandangi jendela yang berembun. Pikiran-pikiranku melayang ke masa lalu, ke saat-saat ketika hidupku masih sederhana dan bahagia. Tapi sekarang, semuanya telah berubah.
"Kenapa kamu menikah dengannya?" tanya Rina, sahabatku, dengan nada penasaran. Dia duduk di sebelahku, memegang secangkir teh hangat.
Aku menghela napas panjang. "Aku tidak tahu, Rina. Mungkin karena aku merasa kesepian. Setelah perceraian itu, aku merasa hampa. Dan dia... dia ada di sana untukku."
Rina mengangguk pelan, seolah-olah mengerti. "Tapi dia paman muda mantan suamimu. Bukankah itu aneh?"
Aku tersenyum pahit. "Memang aneh. Tapi cinta itu kadang datang dari tempat yang tak terduga, kan?"
Rina tertawa kecil. "Iya, kamu benar. Tapi tetap saja, ini seperti cerita sinetron."
Aku tertawa bersamanya, meskipun hatiku masih terasa berat. "Ya, hidupku memang seperti sinetron sekarang."
Kami terdiam sejenak, hanya suara hujan yang terdengar. Aku memikirkan suamiku yang baru, Arman. Dia jauh lebih muda dariku, tapi dia memiliki kedewasaan yang luar biasa. Dia selalu tahu bagaimana membuatku merasa dicintai dan dihargai.
"Bagaimana dengan Arman?" tanya Rina, memecah keheningan. "Apakah dia tahu tentang masa lalumu?"
Aku mengangguk. "Dia tahu semuanya. Dan dia tetap mencintaiku. Itu yang membuatku yakin untuk menikah dengannya."
Rina tersenyum hangat. "Kalau begitu, aku senang untukmu. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan."
Aku merasakan air mata menggenang di mataku. "Terima kasih, Rina. Aku juga berharap begitu."
Malam itu, aku merasa sedikit lebih ringan. Meskipun hidupku penuh dengan liku-liku, aku tahu bahwa aku tidak sendirian. Aku memiliki sahabat yang selalu mendukungku, dan suami yang mencintaiku apa adanya. Dan itu sudah lebih dari cukup.
READ MORE

Share the book to

facebooktwitterpinterestwhatsappreddit

About Author

Comments

No comments yet.